Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural seting),
pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai
responden, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data,
dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data pada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Selanjutnya kalau dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data,
maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner
(angket), observasi (Sugiyono, 2006: 137)
1. Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/ kecil.
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa
anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan teknik
interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut:
- Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
- Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya
- Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan dengan tatap
muka maupun lewat telepon.
1. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai
teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena
itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun sudah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Dalam melakukan wawancara, selain harus
membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data
juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur
dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara berjalan
lancar.
Adapun contoh wawancara terstruktur tentang tanggapan masyarakat
terhadap pelayanan pemerintah:
1) Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibuk terhadap pelayanan pendidikan di kabupaten ini?
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
d) Sangat tidak bagus
2) Bagaiamanakah tanggapan Bapak/Ibuk terhadap pelayanan bidang kesehatan di kabupaten ini?
a) Sangat bagus
b) Bagus
c) Tidak bagus
d) Sangat tidak bagus
2. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun contohnya adalah sebagai
berikut: “Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibuk terhadap kebijakan
pemerintah tentang impor gula saat ini?dan bagaimana dampaknya terhadap
pedagang dan petani”.
Wawancara tidak terstruktur sering
digunakan dalam penelitian pendahuluan malahan untuk penelitian yang
lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti
berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau
permasalahan yang ada pada objek, sehingga peneliti dapat menentukan
secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.
Dalam wawancara tidak terstruktur,
peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh,
sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh
responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden
tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya
yang lebih terarah pada satu tujuan.
Dalam melakukan wawancara maka
pewawancara harus memperhatikan tentang situasi dan kondisi sehingga
dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus melakukan
wawancara.
2. Teknik Observasi (Pengamatan)
Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen
pertimbangan kemudian format yang disusun berisi item-item tentang
kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti berpengalaman
diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar
mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan
penilaian kepada skala bertingkat. Misalanya memperhatikan reaksi
penonton televisi, bukan hanya mencatat rekasi tersebut, tetapi juga
menilai reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan
apa yang dikehendaki (Arikunto, 2006: 229).
3. Teknik Daftar Pertanyaan (Questioner)
Kuesioner merupakan alat teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan
dari responden(Iskandar, 2008: 77).
Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip penulisan angket yaitu sebagai berikut:
- Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
- Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.
- Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa terbuka atau tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak terstruktur), dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
- Pertanyaan tidak mendua.
- Tidak menanyakan yang sudah lupa.
- Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring pada jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
- Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi.
- Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit
- Prinsip pengukuran, angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan di teliti. Oleh karena itu instrumen angket tersebut harus daapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel variabel yang diukur.
- Penampilan fisik angket, penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket.
BAB 5 Teknik Pengumpulan Data
Reviewed by fathurohman-blog
on
23.51
Rating:
Tidak ada komentar: